Struktur Produksi, Distribusi
Pendapatan, dan Kemiskinan
3. Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
a. Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan
Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya
ketidakmerataan pembagian pendapatan merupakan inti permasalahan pembangunan.
Walaupun titik perhatian utama pada ketidakmerataan distribusi pendapatan dan
harta kekayaan, hal tersebut hanyalah merupakan sebagian kecil dari masalah
ketidakmerataan yang lebih luas di negara-negara sedang berkembang.
Melalui pemahaman yang mendalam terhadap masalah ketidakmerataan dan
kemiskinan ini memberikan dasar yang baik untuk menganalisis msalah pembangunan
yang lebih khusus seperti : pertumbuhan populasi; pengangguran;
pembangunan perdesaan; pendidikan; perdagangan internasional, dan sebagainya.
Secara umum yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi
pendapatan di negara-negara sedang berkembang adalah :
1) Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan
menurunnya pendapatan per kapita.
2) Inflasi, dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak
diikuti secara proporsional dengan
pertambahan produksi barang-barang.
3)
Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4)
Investasi ditanamkam pada proyek-proyek yang padat modal, sehingga persentase
pendapatan dari dari harta tambahan besar dibandingkan dengan persentase
pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah.
5)
Rendahnya mobilitas sosial.
6)
Pelaksanaan kebijaksanaan industri subsitusi impor yang mengakibatkan kenaikan
harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan
kapitalis.
7)
Memburuknya nilai tukar (terms of trade) bagi negara-negara sedang
berkembang dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidak
elatisitasan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor negara
sedang berkembang.
8)
Hancurnya
industri-industri kerajinan rakyat seperti industri rumah tangga.
b. DISTRIBUSI PENDAPATAN PERORANGAN
Ukuran distribusi pendapatan perorangan
merupakan ukuran yang paling umumnya digunakan oleh para ekonom. Cara yang
sering digunakan untuk menganalisis distribusi pendapatan perseorangan adalah
dengan membuat Kurve Lorenz. Dinamakan Kurve Lorenz adalah karena
yang memperkenalkan kurve tersebut adalah Conrad Lorenz seorang
ahli statistika dari Amerika Serikat. Ia menggambarkan hubungan antara
kelompok-kelompok penduduk dan pangsa (share) pendapatan mereka. Jumlah
penerima pendapatan digambarkan pada sumbu horizontal, tidak dalam angka mutlak
tetapi dalam persentase kumulatif. Misalnya titik 20 menunjukkan 20 persen
penduduk termiskin (paling rendah pendapatannya) dan pada titik 60 menunjukkan
60 persen penduduk terbawah pendapatannya, dan pada ujung sumbu horizontal
menunjukkan jumlah 100 persen penduduk yang dihitung pendapatannya.
Sumbu vertikal menunjukkan pangsa pendapatan yang
diterima oleh masing-masing persentase jumlah penduduk. Jumlah ini juga
kumulatif sampai 100 persen, dengan demikian kedua sumbu ini sama panjangnya
dan akhirnya membentuk bujur sangkar.
Sebuah garis diagonal kemudian digambarkan melalui titik pusat menuju sudut
atas dari bujur sangkar tersebut. Setaip titik pada garis diagonal tersebut
menunjukkan persentase pendapatan yang diterima sama persis dengan persentase
penerima pendapatan tersebut. Dengan kata lain, garis diagonal tersebut
menunjukkan distribusi pendapatan dalam keadaan “kemerataan sempurna”
(perfect equality). Oleh karena itu, garis disebut bisa disebut sebagai
garis kemerataan sempurna.
Semakin jauh kurva lorenz tersebut dari garis diagonal (ketidakmerataan
sempurna), semakin tinggi derajat ketidakmerataan yang ditunjukkan. Keadaan
yang paling ekstrim dari ketidakmerataan sempurna misalnya keadaan dimana
seluruh pendapatan hanya diterima oleh satu orang dan ini akan ditunjukkan oleh
berimpitnya kurva lorenz tersebut dengan sumbu horizontal bagian bawah dan
sumbu vertikal sebelah kanan.
Sehubungan itu, tidak ada suatu negarapun yang mengalami
kemerataan sempurna ataupun ketidakmerataan sempurna dalam distribusi
pendapatan, maka kurve lorenz untuk setiap negara akan terletak di sebelah
kanan kurve diagonal tersebut. Semakin tinggi derajat ketidakmerataan, kurve
lorenz itu akan semakin melengkung dan semakin mndekati sumbu horizontal
sebelah kanan.
c. Distribusi Fungsional
Ukuran distribusi pendapatan lain, yang
sering digunakan oleh para ekonom adalah distribusi fungsional atau distribusi
pangsa faktor produksi. Ukuran distribusi ini berusaha untuk menjelaskan pangsa
pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing faktor produksi. Disamping
memandang individu-individu sebagai kesatuan yang terpisah, teori ukuran
distribusi pendapatan fungsional tersebut menyelidiki persentase yang diterima
tenaga kerja secara keseluruhan dibandingkan dengan persentase dari pendapatan
nasional yang terdiri dari : sewa, bunga, dan laba.
Gambar di bawah ini
memberikan gambaran yang sederhana dari teori distribusi fungsional
tradisional. Misal dalam perekonomian hanya ada 2 faktor produksi yaitu
modal yang merupakan faktor produksi tetap dan tenaga kerja merupakan
satu-satunya faktor produksi variabel.
Berdasarkan asumsi pasar persaingan,
permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh Marginal Productnya (VMPL)
sama dengan tingkat upah riil. Tetapi, sesuai dengan prinsip marginal produk
yang manurun, permintaan akan tenaga kerja ini akan merupakan suatu fungsi yang
menurun dari jumlah tenaga kerja yang diperkejakan.
Kurve permintaan akan tenaga kerja yang
berslope negatif tersebut ditunjukkan oleh DL. Sedangkan kurve
penawaran tenaga kerja adalah SL, dan tingkat upah keseimbangan akan
sama dengan tingkat keseimbangan penggunaan tenaga kerja.
d.
KEMISKINAN
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara
kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di
bawah garis kemiskinan ( poverty line ) merupakan dus masalah besar di banyak
negara berkembang, tidak terkecuali Indanesia.
Akan tetapi, sejarah menunjukkan bahwa
setelah10 tahun berlalu pada tahun
1969, ternyata efek yang dimaksud itu mungkin tidak tepat untuk dikatakan sama
sekali tidak ada, tetapi proses mengalir ke bawahnya sangat lambat. Akhirnya,
sebagai akibat dari stategi tersebut, pada dekade 1980-an hingga pertengahan
dekade
1990-an, sebelum krisis ekonomi, Indonesia memang menikmati laju pertumbuhan
ekonomi atau produk domestik bruto yang relatif tinggi, tetapi tingkat
kesenjangan
juga semakin besar dan jumlah orang miskin tetap banyak.
Sebenarnya, menjelang akhir dekade 1970-an pemerintah sudah mulai
menyadari keadan tersebut yang menunjukan buruknya kualitas pembangunan yang
telah dilakukan hingga saat itu. Oleh karena itu, strategi pembangunan mulai
diubah,
tidak hanya pertumbuhan tetapi juga kesejahteraan masyarakat, juga menjadi
sasaran
utama dari pembangunan. Perhatian mulai diberikan pada usaha – usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya dengan mengembangkan industri
– industri yang padat karya dan sektor pertanian. Banyak program yang dilakukan
oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi ( kalau tidak bisa
menghilangkan )
jumlah orang miskin dan perbedaan pendapatan antara kelompok miskin dan
kelompok kaya di tanah air, misalnya inpres desa tertinggal (IDT), pengembangan
industri kecil dan rumah tangga, khususnya di daerah pedesaan, transmigrasi,
dan
masih banyak lagi.
Krisis ini yang akhirnya menciptakan
suatu resesi ekonomi yang besar dengan
sendirinya memperbesar tinggat kemiskinan dan gap dalam distribusi pendapatan
di
tanah air, bahkan menjadi jauh lebih parah dengan kondisi pada dekade 1980-an.
e.
PEMBAHASAN TENTANG KEMISKINAN
Menurut Andre Bayo Ala, 1981 kemiskinan itu bersifat multi dimensional.
Artinya kebutuhan manusia itu bermacam – macam maka kemiskinan pun memiliki
banyak aspek antara lain :
1). Aspek Primer berupa : - Miskin aset.
- Organisasi sosial politik.
- Pengetahuan dan Keterampilan.
2). Aspek Sekunder berupa : - Jaringan sosial
- Sumber Keuangan dan Informasi.
·
Penyebab Kemiskinan :
* Karena ciri dan keadaan masyarakat dalam suatu daerah sangat beragam
( berbeda ) ditambah dengan kemajuan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
yang masih rendah.
* Kebijakan dalam negeri seringkali dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri atau
internasional antara lain dari segi pendanaan.
·
Ukuran Kemiskinan
Ada dua macam ukuran kemiskinan yang umum dan dikenal antara lain :
1. Kemiskinan Absolut
Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan
kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar ( basic need ).
Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu :
a. Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.
b. Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2. Kemiskinan Relatif
Menurut Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang antara tingkat hidup orang
kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin.
Sehingga Bank Dunia ( world bank ) membagi aspek tersebut dalam tiga bagian
antara lain :
1. Jika 40 % jumlah penduduk berpendapat rendah menerima kurang dari 12
% pendapatan nasionalnya maka pembagian pembangunan sangat timpang.
2. Apabila 40 % lapisan penduduk berpendapatan rendah menikmati antara 12
– 17 % pendapatan nasional dianggap sedang.
3. Jika 40 % dari penduduk berpendapatan menengah menikmati lebih dari 17
% pendapatan nasional maka dianggap rendah.
·
Strategi / Kebijakan Dalam Mengurangi Kemiskinan
* Pembangunan Sektor Petanian
Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan karena sektor
tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masayrakat di
pedesaan berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin. Terutama sekali
teknologi disektor pertanian dan infrastruktur.
* Pembangunan Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan investasi insani yang memerlukan biaya yang
cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga
pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh
pemerintah.
* Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat
Mengingat LSM memiliki fleksibilitas yang baik dilingkungan masyarakat
sehingga mampu memahami komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan
dan program pengentasan kemiskinan.
f.
FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kemiskinan baik secara langsung
maupun tidak langsung :
* Tingkat kemiskinan cukup banyak.
* Mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output ( produktivitas tenaga kerja
).
* Tingkat inflasi.
* Tinggat Infestasi.
* Alokasi serta kualitas sumber daya alam.
* Tingkat dan jenis pendidikan.
* Etos kerja dan motivasi pekerja.
Sektor pertanian merupakan pusat kemiskinan di Indonesia ada tiga faktor
penyebab utama antara lain :
1. Tingkat produktivitas yang rendah disebabkan oleh jumlah pekerja disektor
tersebut terlalu banyak, sedangkan tanah, kapital, dan teknologi terbatas serta
tingkat pendidikan petani yang rata-ratanya sangat rendah.
2. Daya saing petani atau dasar tukar domistik ( term of trade ) komoditi
pertanian
terhadap out put industri semakin lemah.
3. Tingkat diversifikasi usaha disektor pertanian ke jenis-jenis komoditi
nonfood
yang memiliki prospek pasar ( terrutama ekspor ) dan harga yang lebih baik
masih sangat terbatas.
g.
PERSOALAN KEMISKINAN
Langkah berikut adalah mencari solusi yang relevan untuk memecahkan problem
itu ( strategi mengentaskan kelompok miskin dari lembah kemiskinan ).
1. Konsep Kemiskinan
Paling tidak ada tiga macam konsep kemiskinan antara lain :
a. Kemiskinan absolut.
b. Kemiskinan relatif.
c. Kemiskinan subyektif.
2. Dimensi Kemiskinan
Sedikitnya ada dua macam perspektif yang lazim dipergunakan untuk mendekati
masalah kemiskinan antara lain :
a. Perspektif kultural ( cultural perspective ).
b. Perspektif struktural atau situasional ( situational perspective ).
Perspektif kultural mendekati masalah
kemiskinan pada tiga tingkat analisis :
a. Individual.
b. Keluarga.
c. Masyrakat
http://ayucintyavirayasti.blogspot.com/2011/03/struktur-produksi-distribusi-pendapatan.html