Nama :
Velly Nuroctavia
Kelas :
4EB21
NPM :
27211253
OUTLOOK EKONOMI GLOBAL 2008, Perlawanan Naga pada Tahun Tikus
Investor Daily Setidaknya ada tiga pertanyaan yang
menghantui ekonomi global pada 2008. Pertama, apakah krisis finansial yang
dipicu kasus subprime mortgage di AS dampaknya masih berlanjut pada 2008?
Kedua, akankah kenaikan … harga minyak mentah yang mengancam inflasi semakin
“menggila”? Ketiga, mungkinkah pergerakan harga komoditas saat ini merupakan
mekanisme pasar dalam mencari keseimbangan baru?
Jika jawaban dari ketiga pertanyaan itu adalah benar,
resesi ekonomi akan menjadi ancaman besar. Sebaliknya, jika salah satu saja
jawabannya tidak, ekonomi dunia kemungkinan masih bersinar. Merrill Lynch dan
Morgan Stanley di New York mengkhawatirkan ekonomi dunia tahun ini akan tergelincir
dalam resesi, sebab tingkat pengangguran naik 5% pada Desember 2007, tertinggi
dalam dua tahun terakhir. Apalagi, menapaki tahun 2008, ekonomi langsung
diadang kenaikan harga minyak hingga menembus batas pskologis US$ 100 per
barel. “Saya takut, kita semua akan merasakan perlambatan ekonomi yang dipicu
kenaikan harga minyak,” kata Stuart, analis Merrill Lynch, seperti dikutip
Bloomberg, belum lama ini.
Demikian juga dengan pasar saham, meskipun di
pengujung tahun lalu harganya berguguran, secara keseluruhan Indeks Dow Jones
masih mencatat gain sekitar 6,4% pada 2007. “Penurunan suku bunga The Fed akan
meningkatkan daya beli, sementara pelemahan dolar AS bakal memacu ekspor
sehingga PDB membaik,” kata Saphiro, ekonom AS.
Kesimpulan dari OUTLOOK EKONOMI GLOBAL
2008, Perlawanan Naga pada Tahun Tikus
Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Tiongkok menjadi
tumpuah harapan sebagai pendorong ekonomi dunia. Negeri yang disebut sebagai
naga Asia itu, bersama India, Rusia dan negara-negara emerging market
diprediksi mampu melawan perlambatan ekonomi global pada tahun tikus ini.
Sejumlah ekonom meyakini, Tiongkok akan mampu melawan tiga musuh utamanya,
yakni terkoreksinya bursa Wall Street dan perlambatan ekonomi AS, pengetatan
moneter karena overheating, dan berkurangnya kapasitas produksi karena ekspor
ke negara mitra dagang menurun.
Tiongkok disebut-sebut sebagai naga yang cerdik
yang mampu menyemburkan api hingga tiga kali untuk mematahkan perlawanan musuh.
Salah satu buktinya, Shanghai Index dan Shenzhen Index mampu melawan
keterpurukan bursa global ketika terjadi krisis subprime mortgage. Shenzhen
mencatatkan rekor teratas pencetak gain selama 2007 dengan kenaikan sebesar
163,98%.
Namun, ekonom senior Lehman Brothers Mingchun Sun
memprediksi PDB Tiongkok pada 2008 hanya sekitar 9,8%, kecuali jika Tiongkok
mampu membuat terobosan pasar. Sebab, mitra dagang Sang Naga, seperti AS dan
Eropa, tengah dilanda perlambatan ekonomi. Ekspor Tiongkok ke AS dari tahun ke
tahun terus meningkat dari US$ 100 miliar pada 2000 menjadi US$ 288 miliar per
Oktober 2007. Serbuan produk Tiongkok yang dikenal berharga murah membuat
pengusaha AS “pontang-panting” karena pasarnya terus tergerus. Saat ini, ekspor
produk Tiongkok ke AS sekitar 30% dari total ekspor Negeri Tirai Bambu itu.
Tiongkok sekarang ini menjadi negeri yang sangat
penting bagi ekonomi dunia. Bahkan, lembaga investasi internasional sekaliber
Morgan Stanley harus “tunduk” setelah mendapat suntikan dana dari China
Investment Corporation (CIC) sebesar US$ 5 miliar guna menutupi krisis
keuangannya akibat terseret kasus subprime mortgage.
Sementara itu, AS yang selama ini menjadi kiblat
ekonomi dunia, mendapat ujian sangat berat menyusul krisis subprime mortgage
yang tidak hanya merontokkan pasar finansial di negeri itu, tetapi juga
menyeret pasar global. IMF menurunkan PDB AS pada 2008 dari sekitar 2,8%
menjadi sekitar 2,2%. Sementara itu, kawasan Eropa yang korporasinya banyak
menjadi korban subprime mortgages, pertumbuhan ekonominya diperkirakan turun
0,2% menjadi 2,1% pada 2008.
Begitu pula dengan Jepang, ekonominya hanya akan
bertumbuh sekitar 1,7% pada 2008, lebih rendah dibanding 2007 sebesar 2,0%.
Menurut Mickey Levy, kepala ekonom Bank of America, dampak dari penurunan suku
bunga Bank Sentral AS (the Fed) akan menstimulus pasar keuangan dan
meningkatkan daya beli masyarakat sehingga mampu mereduksi ancaman resesi.
Sejumlah analis juga memprediksi, kejatuhan pasar
perumahan AS akan mencapai dasar pada pertengahan 2008, dan setelah itu menjadi
lebih baik. “Penghapusbukuan (write off) kredit macet akibat subprime mortgage
akan membersihkan keuangan sehingga kinerja korporasi kembali baik mulai
pertengahan tahun ini,” kata Zandi, kepala ekonom Moody’s Economy.com. Sejumlah
ekonom meyakini.
Sumber