Rabu, 22 April 2015

OUTLOOK EKONOMI GLOBAL




Nama          : Velly Nuroctavia
Kelas          : 4EB21
NPM           : 27211253


OUTLOOK EKONOMI GLOBAL 2008, Perlawanan Naga pada Tahun Tikus

Investor Daily Setidaknya ada tiga pertanyaan yang menghantui ekonomi global pada 2008. Pertama, apakah krisis finansial yang dipicu kasus subprime mortgage di AS dampaknya masih berlanjut pada 2008? Kedua, akankah kenaikan … harga minyak mentah yang mengancam inflasi semakin “menggila”? Ketiga, mungkinkah pergerakan harga komoditas saat ini merupakan mekanisme pasar dalam mencari keseimbangan baru?

Jika jawaban dari ketiga pertanyaan itu adalah benar, resesi ekonomi akan menjadi ancaman besar. Sebaliknya, jika salah satu saja jawabannya tidak, ekonomi dunia kemungkinan masih bersinar. Merrill Lynch dan Morgan Stanley di New York mengkhawatirkan ekonomi dunia tahun ini akan tergelincir dalam resesi, sebab tingkat pengangguran naik 5% pada Desember 2007, tertinggi dalam dua tahun terakhir. Apalagi, menapaki tahun 2008, ekonomi langsung diadang kenaikan harga minyak hingga menembus batas pskologis US$ 100 per barel. “Saya takut, kita semua akan merasakan perlambatan ekonomi yang dipicu kenaikan harga minyak,” kata Stuart, analis Merrill Lynch, seperti dikutip Bloomberg, belum lama ini.

Demikian juga dengan pasar saham, meskipun di pengujung tahun lalu harganya berguguran, secara keseluruhan Indeks Dow Jones masih mencatat gain sekitar 6,4% pada 2007. “Penurunan suku bunga The Fed akan meningkatkan daya beli, sementara pelemahan dolar AS bakal memacu ekspor sehingga PDB membaik,” kata Saphiro, ekonom AS.

Kesimpulan dari  OUTLOOK EKONOMI GLOBAL 2008, Perlawanan Naga pada Tahun Tikus

Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Tiongkok menjadi tumpuah harapan sebagai pendorong ekonomi dunia. Negeri yang disebut sebagai naga Asia itu, bersama India, Rusia dan negara-negara emerging market diprediksi mampu melawan perlambatan ekonomi global pada tahun tikus ini. Sejumlah ekonom meyakini, Tiongkok akan mampu melawan tiga musuh utamanya, yakni terkoreksinya bursa Wall Street dan perlambatan ekonomi AS, pengetatan moneter karena overheating, dan berkurangnya kapasitas produksi karena ekspor ke negara mitra dagang menurun.

Tiongkok disebut-sebut sebagai naga yang cerdik yang mampu menyemburkan api hingga tiga kali untuk mematahkan perlawanan musuh. Salah satu buktinya, Shanghai Index dan Shenzhen Index mampu melawan keterpurukan bursa global ketika terjadi krisis subprime mortgage. Shenzhen mencatatkan rekor teratas pencetak gain selama 2007 dengan kenaikan sebesar 163,98%.

Namun, ekonom senior Lehman Brothers Mingchun Sun memprediksi PDB Tiongkok pada 2008 hanya sekitar 9,8%, kecuali jika Tiongkok mampu membuat terobosan pasar. Sebab, mitra dagang Sang Naga, seperti AS dan Eropa, tengah dilanda perlambatan ekonomi. Ekspor Tiongkok ke AS dari tahun ke tahun terus meningkat dari US$ 100 miliar pada 2000 menjadi US$ 288 miliar per Oktober 2007. Serbuan produk Tiongkok yang dikenal berharga murah membuat pengusaha AS “pontang-panting” karena pasarnya terus tergerus. Saat ini, ekspor produk Tiongkok ke AS sekitar 30% dari total ekspor Negeri Tirai Bambu itu.

Tiongkok sekarang ini menjadi negeri yang sangat penting bagi ekonomi dunia. Bahkan, lembaga investasi internasional sekaliber Morgan Stanley harus “tunduk” setelah mendapat suntikan dana dari China Investment Corporation (CIC) sebesar US$ 5 miliar guna menutupi krisis keuangannya akibat terseret kasus subprime mortgage.

Sementara itu, AS yang selama ini menjadi kiblat ekonomi dunia, mendapat ujian sangat berat menyusul krisis subprime mortgage yang tidak hanya merontokkan pasar finansial di negeri itu, tetapi juga menyeret pasar global. IMF menurunkan PDB AS pada 2008 dari sekitar 2,8% menjadi sekitar 2,2%. Sementara itu, kawasan Eropa yang korporasinya banyak menjadi korban subprime mortgages, pertumbuhan ekonominya diperkirakan turun 0,2% menjadi 2,1% pada 2008.

Begitu pula dengan Jepang, ekonominya hanya akan bertumbuh sekitar 1,7% pada 2008, lebih rendah dibanding 2007 sebesar 2,0%. Menurut Mickey Levy, kepala ekonom Bank of America, dampak dari penurunan suku bunga Bank Sentral AS (the Fed) akan menstimulus pasar keuangan dan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga mampu mereduksi ancaman resesi.

Sejumlah analis juga memprediksi, kejatuhan pasar perumahan AS akan mencapai dasar pada pertengahan 2008, dan setelah itu menjadi lebih baik. “Penghapusbukuan (write off) kredit macet akibat subprime mortgage akan membersihkan keuangan sehingga kinerja korporasi kembali baik mulai pertengahan tahun ini,” kata Zandi, kepala ekonom Moody’s Economy.com. Sejumlah ekonom meyakini.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar