Kamis, 03 November 2011

Krisis Garam Di Indonesia

Rembang - Menyusul krisis garam, sejumlah perusahaan garam di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, terpaksa menhentikan produksi dan menutup usahanya.

Berdasarkan pantauan pada Jumat (27/8) pukul 10.00 WIB, dua pabrik garam terbesar di kabupaten itu yakni perusahaan garam "Apel Merah" dan "Tiga Segitiga" sama sekali tidak melakukan produksi.
"Tahun 2009, bulan Agustus merupakan puncak produksi garam. Saat ini kami benar-benar kehabisan stok garam," kata H Rasmani, pemilik perusahaan garam "Tiga Segitiga" Desa Purworejo, Kecamatan Kaliori.
Menurut dia, perusahaannya merupakan perusahaan pengolah garam "krosok" (garam buatan petani, red) menjadi garam beryodium.
Dia menjelaskan, sepekan terakhir, perusahaannya hanya memanfaatkan sisa stok di gudangnya.
"Hari ini, kami sama sekali tidak melakukan produksi. Untuk sementara usaha kami tutup," katanya.
Dia menambahkan, meskipun sempat mendatangkan stok garam dari Madura, tetapi saat ini harga garam dari daerah itu nyaris tak terkejar.
"Harganya terlalu tinggi untuk diproduksi sebagai garam beryodium. Harga garam Madura hari ini adalah Rp700. Tentu kami kesulitan mengimbangi harga tersebut dengan pasar yang sebagian besar melayani kebutuhan lokal," katanya.
Menurut Rasmani, krisis garam pada tahun 2010 ini merupakan yang pernah terparah sejak tahun 1984.
Dia mengaku, tidak pernah membayangkan krisis bisa berujung pada ketiadaan stok garam.
"Selama saya usaha garam, baru kali ini mendapatkan fenomena stok garam di Rembang habis. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan lokal sendiri saja sampai kekurangan," katanya.
Seperti diberitakan, akibat kemarau "basah" seperti sekarang ini, produksi garam pada 2010 tidak bakal bisa menyamai produksi pada 2009 yang mencapai 145.733 ton karena dua atau tiga bulan terakhir ini hampir tidak ada petani yang memulai produksi.
Menurut catatan di dinas perikanan dan kelautan setempat, tahun 2009 lalu, petani bisa menikmati produksi sampai tujuh bulan, sejak Mei hingga November. Akan tetapi, pada 2010, petani hanya akan menikmati masa produksi selama empat bulan, Agustus sampai November.

1 komentar: