Jumat, 9 Maret 2012 00:46 WIB | 3817
Views
Jakarta
(ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan laju
inflasi pada 2012 bisa mencapai 7,1 persen, apabila pemerintah melakukan
penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
"Menurut hitungan kita 4,4 persen kalau tidak ada apa-apa. Nah, kalau ada itu ya jadi 6,8 persen sampai 7,1 persen," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis.
Darmin menjelaskan apabila ada kenaikan harga BBM sebesar Rp1.000 per liter maka terjadi inflasi sebesar 6,8 persen, sedangkan apabila ditetapkan subsidi konstan sebesar Rp2.000 per liter maka terjadi inflasi 7,1 persen.
"Kalau harga BBM-nya Rp1.000 itu inflasi 6,8 persen, tapi kalau subsidi dibatasi konstan Rp2.000 per liter maka akan ada peluang naik, tapi inflasi kita di 7,1 persen," ujarnya.
Menurut dia, peningkatan inflasi tersebut berasal dari dampak langsung kenaikan harga BBM dan dampak lanjutannya ke barang-barang lain.
"Resiko inflasi memang sulit untuk dihindari, tapi dalam perspektif jangka menengah panjang, kami melihat kebijakan BBM akan positif dalam menjaga prospek kesinambungan fiskal, meningkatkan efisiensi perekonomian dan memperkuat kinerja neraca pembayaran," kata Darmin.
Bank Indonesia, lanjut Darmin akan menempuh kebijakan yang memadai dan terukur agar inflasi kembali pada sasarannya, dengan tetap memperhatikan dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan.
Kebijakan tersebut antara lain dengan mengoptimalkan bauran kebijakan dari suku bunga, nilai tukar, pengelolaan likuiditas dan kebijakan makroprodensial.
Darmin menjelaskan dampak kebijakan subsidi BBM ke inflasi masih memungkinkan ditekan lebih rendah dengan menerapkan subsidi ke sektor transportasi dan komunikasi kebijakan yang baik untuk meminimalkan efek psikologis.
"Sebetulnya yang harus kita perhatikan betul adalah ada satu barang, jangan sampai kenaikannya itu terjadi melampaui yang seharusnya. (Jangan sampai) banyak spekulasinya, naiknya lebih besar dari harga yang seharusnya naik," ujarnya.
Pemerintah dalam RAPBN-P 2012 mengubah asumsi laju inflasi menjadi 7,0 persen dari sebelumnya dalam APBN sebesar 5,3 persen terkait kemungkinan adanya penyesuaian harga BBM pada April mendatang. (ANT)
"Menurut hitungan kita 4,4 persen kalau tidak ada apa-apa. Nah, kalau ada itu ya jadi 6,8 persen sampai 7,1 persen," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis.
Darmin menjelaskan apabila ada kenaikan harga BBM sebesar Rp1.000 per liter maka terjadi inflasi sebesar 6,8 persen, sedangkan apabila ditetapkan subsidi konstan sebesar Rp2.000 per liter maka terjadi inflasi 7,1 persen.
"Kalau harga BBM-nya Rp1.000 itu inflasi 6,8 persen, tapi kalau subsidi dibatasi konstan Rp2.000 per liter maka akan ada peluang naik, tapi inflasi kita di 7,1 persen," ujarnya.
Menurut dia, peningkatan inflasi tersebut berasal dari dampak langsung kenaikan harga BBM dan dampak lanjutannya ke barang-barang lain.
"Resiko inflasi memang sulit untuk dihindari, tapi dalam perspektif jangka menengah panjang, kami melihat kebijakan BBM akan positif dalam menjaga prospek kesinambungan fiskal, meningkatkan efisiensi perekonomian dan memperkuat kinerja neraca pembayaran," kata Darmin.
Bank Indonesia, lanjut Darmin akan menempuh kebijakan yang memadai dan terukur agar inflasi kembali pada sasarannya, dengan tetap memperhatikan dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan.
Kebijakan tersebut antara lain dengan mengoptimalkan bauran kebijakan dari suku bunga, nilai tukar, pengelolaan likuiditas dan kebijakan makroprodensial.
Darmin menjelaskan dampak kebijakan subsidi BBM ke inflasi masih memungkinkan ditekan lebih rendah dengan menerapkan subsidi ke sektor transportasi dan komunikasi kebijakan yang baik untuk meminimalkan efek psikologis.
"Sebetulnya yang harus kita perhatikan betul adalah ada satu barang, jangan sampai kenaikannya itu terjadi melampaui yang seharusnya. (Jangan sampai) banyak spekulasinya, naiknya lebih besar dari harga yang seharusnya naik," ujarnya.
Pemerintah dalam RAPBN-P 2012 mengubah asumsi laju inflasi menjadi 7,0 persen dari sebelumnya dalam APBN sebesar 5,3 persen terkait kemungkinan adanya penyesuaian harga BBM pada April mendatang. (ANT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar